Prewriting Skill untuk Belajar Menulis

Oktober 24, 2017

Apa itu Prewriting Skill?


Kenapa saya ingin sekali membahas mengenai prewriting skill? tema *calistung untuk anak usia dini* saat ini masih menuai prokontra di kalangan orang tua. Beberapa pakar parenting berpendapat bahwa kegiatan calistung ini sebaiknya dikenalkan saat anak sudah mencapai tingkat intelektual di atas 6 tahun. Namun, sebagian lainnya berpendapat bahwa kegiatan membaca dan menulis dapat distimulasi sejak anak usia dini. Saya pribadi menyetujui pendapat kedua, bahwasanya anak usia dini boleh distimulasi dengan kegiatan membaca dan menulis asalkan orangtua memperhatikan 2 hal: *kesiapan anak dan metode yang diberikan*.
Hari ini saya mendapati anak dari seorang teman di salah satu grup belajar online di usia 3th sudah bisa menuliskan nama dan alamat rumahnya. Terheran heran saya, ternyata kids jaman now memang ajaib di usia yang masih 3tahun sudah pandai menulis 👏 sedangkan anak saya masih asyik lompat-lompat sambil belajar phonic sound 😂
Merujuk pada kurikulum homeeducation kami melalui metode montessori proses prewriting skill adalah sebuah aktivitas penting dalam merangsang skill motorik anak untuk menguatkan otot jari. Jadi, saat menulis tiap orang punya kebiasaan memegang pensil yang berbeda-beda. Cara memegang pensil tersebut, menjadi salah satu hal yang bisa menentukan kerapian hasil tulisannya.

🐾tahapan pra-tulis
Tapi yang jadi penekanan bukan ke hasil tulisannya, melainkan bagaimana tahap-tahap kita mengajari anak calistung. Banyak orangtua yang fokus pertama mengajari anak membaca, tapi mengabaikan kemampuan menulis. Ketika mengajari anak menulis pun, banyak orangtua yang fokus ke tulisan hurufnya, dan mengabaikan caranya memegang pensil. Padahal sebenarnya semua ada tahapannya. Dan sebelum anak masuk ke tahap belajar menulis dan membaca, sebaiknya kita mengasah kemampuan motoriknya dulu dengan aneka kegiatan yang bisa merangsang dan menguatkan otot jarinya.

Di tiap perkembangan usianya, tahapan cara anak memegang pensil akan semakin berkembang pula. Meski ada juga anak yang ketika sudah di usia 6 tahun caranya memegang pensil masih belum benar, bisa jadi itu karena ototnya belum siap.

Dan sebenarnya, mulai di usia 1,5 tahun kita bisa mengajaknya bermain yang mengasah kemampuan motorik tangan dan jarinya. Tujuannya untuk melatih dan melemaskan otot-otot jari, sehingga ketika tiba waktunya dia belajar menulis, dia akan lebih siap.

Beberapa contoh kegiatan sensory play ala montessori yang bisa dicoba diantaranya :

🔡Menjumput Biji-Bijian
Bisa pakai biji berbagai macam bentuk. Mulai dari biji kacang merah, kacang tanah, sampai kacang hijau. Sebaiknya disesuaikan dengan usia anak. Semakin dia besar (misal usia 2-3 tahun), pilih biji yang semakin kecil, misal biji kacang hijau. Karena semakin dia besar, skill menjumputnya sudah bisa diasah ke benda yang lebih sulit, yaitu benda yang bentuknya lebih kecil.

Ajak dia memindahkan biji-bijian itu ke dalam wadah lain. Misalnya mangkuk, gelas, atau botol. Semakin besar usianya, kita bisa memilihkan wadah yang lebih sempit lubangnya, seperti botol. Enggak gampang loh, buat mereka memasukkan biji satu per satu ke dalam botol. Jadi selain merangsang otot jari, bisa juga melatih kesabaran.

🔡Menyobek Kertas
Ini permainan yang paling disukai anak-anak. Sederhana saja,  hanya bermodal kertas bekas dan ajak dia merobek kertas sampai kecil-kecil. Semakin kertasnya kecil, otot jari bekerja semakin kuat.

Tapi efek sampingnya adalah.. tiap lihat kertas bawaannya adalah pengin nyobek terus. Padahal kertasnya masih dipakai.

🔡Meremas Kertas
Ini juga aktivitas yang paling disukai anak-anak Setelah kertas disobek-sobek, lalu diremas-remas menjadi seperti bola. Otot tangannya akan terlatih menggenggam dan meremas, biar lebih rileks.

🔡Meronce
Meronce atau lacing bisa dipraktekkan mulai usia 1,5 tahun. Untuk awal-awal belajar, bisa pakai media tali yang tebal dan manik-manik yang berlubang besar. Nanti kalau  (usia 2 tahun ke atas), bisa pakai benang atau senar, dan manik berlubang kecil.
Bermain ini bakal mengasah otot jarinya dan melatih kesabarannya. Bisa dibayangin kan, masukin manik-manik satu per satu itu butuh usaha banget.

🔡Melepas-Menempel Stiker
Kegiatan ini paling asik, sekaligus paling susah. Kalau anak belum bisa bunda bisa membantunya dengan dengan melepas sedikit stikernya, lalu sisanya dia yang melanjutkan. Jarinya akan bekerja ekstra, lama-lama bisa lentur deh ototnya..

🔡Melipat Kertas
Anak usia 2 tahun sudah bisa diajak melipat-lipat kertas. Tapi jangan menuntut mereka untuk melipat rapi dan presisi yaa..
Tidak harus pakai kertas origami juga. Modal kertas bekas juga bisa. Ajak mereka untuk melipat kertas mulai dari bidangnya masih luas, sampai bidangnya sempit. Semakin sempit, akan semakin susah. Dan skill jari-jarinya akan terasah.

🔡Menganyam
Kegiatan ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian, dan Faris paling malas. Hahaha… Dia masih belum paham betul prinsip menganyam. Setelah keluar, lalu masuk.

Tapi, kalau anak sudah bisa. Ini jadi permainan yang menyenangkan. Jari-jarinya bakal lincah menarik dan memasukkan tali.

🔡Menjepit Baju
Coba ajak anak membantu kita jemurin cucian, dan biarkan dia yang menjepit bajunya. Belum tentu dia bisa, karena menjepit baju itu butuh kekuatan otot jari yang lebih kuat. Tapi, nanti pasti lama-lama dia bisa juga. Berbagai kegiatan ini bisa melatih otot jarinya, sehingga kuat untuk menekan ujung pensil saat mulai belajar menulis.

🔡Mencabik-cabik
Prinsip mencabik-cabik adalah seperti menyobek tapi lebih menggunakan jari. Untuk anak bisa diajak mencabik-cabik satu genggam playdoh, lalu dicabik kecil-kecil. Atau, mencabik-cabik kapas.

Semakin medianya berat dan padat, kekuatan otot jari yang dibutuhkan akan semakin lebih. Artinya, itu bisa membuat otot jarinya makin kuat kan..

🔡Memindah Air dengan Pipet
Dengan ini anak bisa belajar prinsip cara kerja pipet. Dipencet dulu di dalam air, lalu dipindahkan ke wadah lain dengan melepas tekanannya.

🔡Memindah Pom-pom dengan Pencapit
Mirip dengan mainan sumpit yaa.. Tapi ini pakai pencapit, semacam pencapit makanan. Jari-jarinya diasah untuk terampil memegang dan menekan pencapit. Nantinya, akan semakin terampil saat memegang pensil.

🔡 Membuka-tutup Ritsleting
Kegiatan ini paling disukai Faris saat usianya menjelang 2 tahun. Tiap lihat papanya memakai jaket, dia pasti ribut ingin menutup ritsletingnya. Dan tanpa sadar, otot jarinya juga terasah memegang benda yang kecil dan menariknya. Sama prinsipnya kan, pegang pensil juga benda yang kecil, dan menariknya membentuk suatu tulisan.

🔡Memasang-melepas Kancing
Ini prinsipnya juga sama dengan membuka-menutup ritsleting. Dan poin tambahannya, bisa melatih kesabaran anak. Memasukkan kancing ke lubang kecil kan membutuhkan effort. Anaknya belajar sabar, kitanya juga belajar sabar. Sabar nungguin sampai dia bisa. Hahaha…

🔡Memasukkan Koin ke Celengan
Kalau ini mirip dengan menjumput biji-bijian dan memasukkannya ke botol. Bedanya adalah memasukkan koin ke lubang celengan yang kecil. Koin itu kecil dan tipis, mengambil koin dan memasukkannya ke lubang bisa melatih kekuatan otot jari anak.

🔡Mengupas Kulit Jeruk dan Telur
Ini kegiatan yang Faris sukai juga. Tiap lihat jeruk, dia yang akan menawarkan dirinya untuk mengupas jeruknya. Di usianya yang ketiga tahun Faris sudah mampu mengupas kulit jeruk dan kulit telur puyuh tanpa dibantu sama sekali.

Selain memperhatikan kemampuan kesiapan anak dalam proses membaca dan menulis, tentunya kita perlu memperhatikan pula metode yang digunakan dalam mengajarkan anak membaca kemudian menulis. Tentu sulit bagi anak mengenal sesuatu yang bersifat abstrak tersebut. Dalam hal ini, saya pribadi menyukai Metode Montessori dalam mengajarkan anak membaca.

Metode ini memiliki beberapa perbedaan dari metode membaca pada umumnya, diantaranya:

a. Anak tidak serta-merta diberikan alat tulis untuk langsung menulis di buku, namun dikenalkan dengan paparan prewriting dan prereading skills terlebih dahulu, seperti permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.

b. Pembelajaran dalam membangun kata menggunakan kata-kata yang bermakna, seperti ‘mata’ ‘kaki’ dll, bukan ‘ba-bi-bu’ ‘ta-ti-tu’.

c. Anak dikenalkan dari hal konkrit ke abstrak.

d. Anak dikenalkan dengan phonic sebagai dasar menyusun kata. Misalnya, bunyi huruf ‘b’ adalah ‘beh’ sehingga saat anak menyusun sebuah kata ia tidak akan rancu. Contoh, jika kita mengenalkan dengan bunyi a-be-ce-de-e-ef-ge maka ‘b-a-t-u’ harusnya ditulis anak menjadi be-a-te-u (beateu).

*Tahapan Kegiatan Membaca dan Menulis dalam Metode Montessori*

1. Kegiatan prewriting dan prereading melalui permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.

2. Menggunakan material metal inset (gambar terlampir) untuk mengembangkan kontrol dan gerakanghdf gerakanghdf fk tangan anak saat menulis, memberi pengalaman gerakan berlawanan arah jarum jam (hal ini berkaitan dengan banyaknya huruf yang ditulis dengan arah berlawanan jarum jam), membuat garis dan warna, dll.

3. Menggunakan material sandpaper letter (gambar terlampir)

untuk mengenalkan anak pada (lambang) huruf a-z. Dikenalkan pelan-pelan dan secara bertahap (3 huruf dikenalkan setelah ingat baru berpindah ke 3 huruf lainnya). Huruf yang dikenalkan boleh secara acak. Sandpaper ini bermanfaat untuk membangun kesan otot jari-jari tangan terhadap bentuk huruf, mengasosiasikan suara phonic dengan huruf, membangun kesan visual, mengingat bentuk huruf, juga mempelajari arah penulisan huruf.

4. Menggunakan material Large Moveable Alfabet /LMA (gambar terlampir) untuk anak berlatih menyusun sebuah kata dari pengalaman sebelumnya. Setelah anak mengenal seluruh huruf melalui sandpaper letter maka anak dapat menggunakan LMA ini sebagai sarana untuk membangun kata. Dalam membangun sebuah kata, anak diberikan benda-benda konkrit terlebih dahulu baru kemudian melalui kartu gambar. Contoh, anak diberi miniatur hewan sapi, dan tanyalah pada anak:

Orangtua: “apa ini?”

Anak: “sapi”

Orangtua “oke..ayo kita buat kata sapi, sssss (pinta anak mendengarkan phonics dan mengambil huruf tersebut lalu letakkan di sebelah miniatur sapi), dst

5. Menggunakan kartu gambar untuk membangun kata (caranya seperti pada no.4). Penggunaan kartu baca ini sebagai ‘jembatan’ bagi anak dari hal yang konkrit kepada sesuatu yang abstrak. Sehingga, anak mampu mengetahui bahwa ‘objek’ sapi sama dengan ‘gambar’ sapi dan tulisannya adalah ‘sapi’.

6. Menggunakan kartu gambar dan tulisan. Jika pada no 4-5 merupakan tahapan membangun kata, maka pada tahap ini anak mencocokkan kata dengan gambar.

7. Setelah anak mampu membangun kata maka orangtua dapat melanjutkannya dengan membaca frase, lalu kalimat dengan cara yang sama (menggunakan kartu gambar).

8. Membaca buku sederhana yang kalimatnya pendek-pendek. Buku ini diawali dengan buku yang memiliki gambar besar-besar dan simple terlebih dahulu.

Dalam Metode Montessori masih banyak lagi hal yang diajarkan di area bahasa ini, seperti pengenalan kata benda, kata sifat, diftong, dll. Namun, utk pengenalan membaca dan menulis hal-hal di atas insyaallah cukup bagi Bunda yang ingin mengajarkan anak membaca di rumah.  Semangat belajar ✊🏽

Sumber:
Broemley, K.D. 1992. Languange Arts: Exploring Connections. Boston: Allyn and Bacon.

You Might Also Like

0 komentar