Jurnal Belajar : Belajar Blogger Lebih Dalam (Lagi)

Juli 10, 2019




Hari ini saya mulai belajar nge-blog secara privat bersama Mbak Ayu, seorang professional blogger yang namanya udah sering wara-wiri di dunia online. Bahkan beberapa teman di komunitas ibu profesional pun mempercayakan blognya untuk dipercantik oleh Mbak Ayu. Kalau ngomongin apa yang saya tahu tentang blog, jadi sepemahaman saya blog itu sebuah aplikasi website dimana kita bisa memuat tulisan pribadi kita disana. Konten atau postingan blog biasanya diperbarui secara berkala, dan biasanya dikelola oleh seseorang atau beberapa user sekaligus.


Perjalanan Mengenal Blog

Saya mengenal blog dahulu sekali, ketika masih duduk di bangku SMA dan menulis di tumblr. Kala itu hanya coba-coba dan iseng menuangkan apa yang ada di pikiran. Setelah bosan menulis di tumblr saya penasaran dengan platform blogspot. Dulu ketika menulis di blogspot saya senang sekali karena bisa diubah-ubah temanya sesuka hati kita. Duh, kalau ingat hobi saya yang memakai tema berwarna-warni dan kursor bergerak rasanya malu sekali,


Tidak berapa lama saya bosan dengan blogspot dan beralih menulis di platform wordpress. Entah mengapa setelah pindah ke wordpress saya ketagihan dengan segala kemudahannya. Kesenangan mengubah-ubah tema pun hilang ditelan kesibukan kuliah. Rutinitas menulis sebagai sarana curhat pun alih fungsi sebagai tempat menyimpan catatan kuliah. Saya senang membagi review tugas-tugas dan catatan kuliah disana. Setelah lulus kuliah, bekerja dan melanjutkan pendidikan lagi membuat saya lupa dengan kesenangan menulis. Saya hanya sesekali saja menyambangi blog untuk lagi lagi curhat. Sekarang, hampir 10 tahun lebih saya berkenalan dengan yang namanya blogging saya ingin kembali belajar lebih dalam lagi mengenai blogspot.


Ide Menulis Pertama Kali

Kalau ditanya apakah yang ingin saya tuangkan ketika menulis kembali, jawabannya sudah pasti seputar parenting, kesehatan keluarga, jurnal belajar anak-anak, serta random talk lainnya. Salah satu hal yang mendorong saya untuk kembali menulis sebenarnya adalah anak-anak. Semenjak memutuskan untuk fokus mendampingi tumbuh kembang anak-anak saya merasa perlu membuat jurnal kegiatan bermain dan belajar bersama mereka. Nah, platform blog inilah yang saya pilih. Kenapa blog? Karena tulisan tersimpan lebih rapi dan mudah diakses kembali jika lupa menyimpan file aslinya. Mudah-mudahan melalui proses belajar kali ini saya bisa paham betul. Kalau ditanya siapa sosok blogger yang menginspirasi saya ada kak Dessy Natalia dan kak Mira Julia. Dua orang inilah yang mendorong saya untuk terus belajar tidak hanya tentang blog tetapi lebih ke pengembangan diri sebagai fasilitator anak-anak.

Zonasi Jadi Trending Topic di Dunia Pendidikan

Gonjang ganjing penggunaan sistem zonasi dalam proses Penerimaaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019 menjadi topik hangat yang dibahas seluruh orang tua, terlebih mereka yang memiliki anak dan tahun ini akan masuk sekolah. Wacana zonasi ini sebenarnya sudah disosialisasikan sejak tahun kemarin. Sebagaimana yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, mulai tahun ajaran 2019/2020 sistem penerimaan peserta didik baru akan berubah menggunakan jalur zonasi. Ketentuan ini telah dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 51/2018 tentang penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2019/2020. Penerapan sistem zonasi mengharuskan calon peserta didik untuk menempuh pendidikan di sekolah yang memiliki radius terdekat dari domisilinya masing-masing. Peserta didik bisa memiliki opsi maksimal tiga sekolah, dengan catatan sekolah tersebut masih memiliki slot siswa dan berada dalam wilayah zonasi siswa tersebut.Sebuah tujuan yang diusung oleh Kemendikbud dalam pemberlakuan sistem ini adalah anak-anak yang memiliki kecerdasan cukup tidak hanya berkumpul di satu sekolah saja. Sehingga pemerataan pendidikan dapat dilakukan dan menghilangkan paham-paham sekolah favorit dan sekolah buangan.

Bukan main gejolak yang ditimbulkan atas penerapan sistem zonasi. Mulai dari orang tua yang merasa hak anaknya tidak tertunaikan karena tidak bisa masuk sekolah favorit. Iya yang katanya 'favorit'. Hingga pihak sekolah 'favorit' meradang, karena merasa siswa yang masuk tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Hm, lalu siapakah yang patut dibenahi?

Kalau menurut saya yang saat ini masih menjadi pendidik rumahan, keluarga adalah madrasah anak yang pertama dan utama. Sebagus apapun lingkungan pendidikan formal yang terbentuk tidak akan mampu melawan arus pembiasaan keluarga. Sekolah hanyalah pelengkap. Inti sebuah pendidikan adalah keluarga. Seyogyanya keluarga senantiasa berkecimpung dalam upaya mencerdaskan dan membentuk akhlak anak. Karena merekalah yang paling tahu siapa dan bagaimana perkembangan anaknya sejak lahir.

Zonasi, menjadi sebuah alasan tersendiri bagi orang tua untuk ikut terlibat secara langsung dalam upaya keberhasilan pembelajaran. Anggapan kekurang sempurnaan sistem pendidikan pada sebuah sekolah dalam ranah zonasi, memaksa orang tua untuk terlibat dalam upaya pemenuhan pendidikan. Upaya ini bisa dilakukan melalui pengulangan pembelajaran serta aplikasi ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya, kebijakan zonasi menjadi sebuah sebab keluarnya sekolah dan orang tua dari zona nyaman masing-masing. Yuklah, kita menjadi orang tua berkesadaran. Sekolah hanya fasilitas saja, anak tetap tanggung jawab orang tua masing-masing. 















You Might Also Like

0 komentar