Koreksi Acara Pernikahan Kita dan Pembelajaran Bagi Yang Belum dan Akan Memasuki Jenjang Pernikahan

Mei 20, 2013

Diambil dari tulisan keluarga priyayi muslim

Setelah seorang laki-laki dan perempuan melaksanakan akad nikah, maka mereka disunnahkan untuk melaksanakan walimah sebagai wasilah untuk mengumumkan pernikahannya. Sebagian ulama lain mewajibkan adanya walimah ini berdasarkan hadits Rasulullah yang menyuruh Abdurrahman bin ‘Auf untuk menyelenggarakan walimah, “Adakanlah walimah walaupun hanya dengan menyembelih seekor kambing.” (HR Bukhari-Muslim).Walimah pernikahan seringkali dilaksanakan dengan bentuk pesta sesuai dengan adat dan tradisi masyarakat setempat. Namun, seringkali pelaksanaan walimah ini tidak sesuai dengan tuntunan agama Islam. Berikut ini beberapa hal yang merupakanpelanggaran yang umumnya terjadi di dalam perayaan pernikahan yang teradi di masyarakat umum.[1]Pertama, saling memakaikan cincin kawin. Cincin ini dipakai oleh seorang lelaki, dia disebut dengan cincin kawin, sebuah cincin yang dikenakan oleh seseorang pada salah satu jemarinya. Banyak orang yang beranggapan bahwa aqad pernikahan sangat tergantung dengan cincin ini, terlebih jika cincin tersebut berasal dari emas, padahal pemakaian emas dilarang oleh banyak hadits.Syaikh Nashiruddin Al Albani berkata, “Memasangkan cincin kawin di tangan pengantin wanita termasuk kebiasaan orang-orang Nashrani. Padahal kita telah diperintahkan untuk menyelisihi mereka.”Kedua, memajang pengantin di kursi pelaminan, yaitu duduknya suami istri di tempat yang tinggi dan disaksikan oleh banyak orang. “Di antara kemungkaran yang sangat besar,” kata  Syaikh Abdullah bin Baz, “Adalah menyediakan pelaminan bagi kedua mempelai laki-laki dan wanita di hadapan para tamu yang hadir, sehingga seorang lelaki melihat kepada wanita-wanita yang bukan mahramnya dengan pakaian mereka yang sempurna, bahkan tekadang keluarga suami dan istri bisa mondar-mandir pada acara tersebut sehingga menimbulkan campur baur antara kaum pria dan wanita dan mengakibatkan timbulnya fitnah.”Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Janganlah kalian memasuki wilayah kaum wanita.” (HR Bukhari dan Muslim)Ketiga, menghadirkan para biduanita untuk mendendangkan lagu-lagu dalam acara pernikahan dan dibarengi dengan alat-alat musik. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini termasuk kemungkaran yang paling besar.Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Akan ada dari umatku sekelompok kaum yang menghalalkan zina, sutra, khamar dan musik…” (HR Bukhari)Dalam syari’at hanya diperbolehkan memukul rebana bagi para  wanita dengan syarat tidak dibarengi dengan nyanyian yang cabul dari biduanita.Aisyah berkata, “Pada suatu hari Rasulullah masuk ke tempatku. Ketika itu disampingku ada dua gadis perempuan budak yang sedang mendendangkan nyanyian (tentang hari Bu’ats)  Kulihat Rasulullah berbaring tetapi dengan memalingkan mukanya. Pada saat itulah Abu Bakar masuk dan ia marah kepadaku. Katanya, ‘Di rumah Nabi ada seruling setan?’ Mendengar seruan itu Nabi lalu menghadapkan mukanya kepada Abu Bakar seraya berkata, ‘Biarkanlah keduanya, hai Abu Bakar.’” (HR Bukhari dan Muslim)Keempat, berlebihan dalam menyelanggarakan walimah, menyewa gedung di hotel mewah, gedung resepsi dengan harga yang mahal, seharusnya  bagi seseorang untuk bertindak ekonomis dalam masalah ini dan meninggalkan sikap berlebihan.“…makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.  (QS Al-A’raf: 31)Kelima, banyak tamu wanita dan pengantin yang memakai pakaian transparan dan terbuka atau pakaian yang ketat sehingga membentuk lekuk-lekuk badan, atau mengenakan pakaian yang tidak mencerminkan rasa malu sekalipun hal itu di hadapan para wanita saja. Bahkan sebagian mereka juga bertabarruj (berhias diri) sebagaimana berhiasnya kaum kafir, baik dengan cara mencabuti bulu alis, memanjang-kan kuku dan mengecatnya dan semisalnya. Padahal berhias seperti itu telah dilarang Rasulullah.Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Dua golongan dari penghuni neraka yang belum aku saksikan, suatu kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi yang dipergunakan untuk memukul orang lain, dan wanita yang berpakaian namun telanjang, berlenggak lenggok dan bergoyang, kepala mereka seperti  punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga dan tidak pula mendapatkan wanginya surga, padahal sungguh wangi surga ini di dapatkan pada jarak ini dan ini”.Keenam, begadang sehingga akhir malam sebelum hari pernikahan, atau bahkan sebagian hari pesta perkawinan yang berakhir hingga mendekati shalat subuh. Hal ini bisa mengakibatkan menyia-nyiakan shalat subuh, sehingga dengan demikian seorang muslim telah menghalangi dirinya dari pahala dan balasan Allah subhanahu wa ta’ala, bahkan menjerumuskan diri pada siksa-Nya.

Bulan ini banyak sekali mendapatkan undangan pesta pernikahan dari teman dan saudara. Melihat ini semua jadi ingat acara pernikahan yang aku adakan beberapa waktu lalu. Fyi, aku mengadakan acara pernikahan tanpa mengundang teman dan tanpa pemberitahuan pula di media2. Aku cuma mengirimkan beberapa pcs undangan kepada beberapa teman suamiku dan rekan dari orang tuaku, karena ini memang maunya mamaku. Sebenernya kalo menurut aku sendiri sih lebih prefer acara pernikahanku cukup diadakan secara sederhana bersama dengan keluarga dan saudara. Tetapi yang namanya pernikahan kan nggak mungkin tanpa adanya pro dan kontra. Dan bahkan kebanyakan pro dan kontra itu dari orang di luar bahkan keluarga sendiri pun begitu. Nah ini nih yang aku alami, sempet muncul konflik sewaktu persiapan acara pernikahanku. Konflik awal bermula dari masalah ketidaksamaan pemikiran antara aku dan suami mengenai pembuatan undangan via media sosial. Aku nggak tertarik sama sekali dengan kegiatan yang satu ini. Emang sih perlu adanya pemberitahuan kepada banyak orang bahwa kita sudah menikah tapi nggak dengan cara kaya gini maksud aku. Suamiku waktu itu ngotot bilang kita perlu bikin karena untuk mrnghindari fitnah, bahkan kala itu kita sempat bertengkar hanya gara2 masalah ini. Akan tetapi masalah ini berakhir dengan kesepakatan kita nggak bikin undangan di sosial media hanya membuat notifikasi kalo status kita sudah married :D Nggak berakhir di sini saja, masalah terbesar adalah konflik dengan mamaku masalah konsep acara. Sebenarnya dari awal aku sudah bilang keinginanku kalo aku ingin pernikahan yang sederhana aja, tapi mamaku memang orang yang keras kepala sehingga menolak mentah2 keinginanku. Kata mamaku beliau bakalan malu banget kalo sampe nggak ngadain acara yang kata orang resepsi pernikahan, yang menurut aku nggak penting banget itu. Menurut aku dan suami sih cukup acara inti aja akad nikah n walimah kecil2an itu udah cukup. Dan konflik ini akhirnya berakhir dengan kesepakatan acara resepsi pernikahan tetap didakan tapi cuma sebentar, kurang lebih 2jam an aja nerima tamu setelah acara  walimahan yang waktu itu aku adain setelah akad nikah (sore hari ba'da ashar) selesai. Jadi waktu itu aku atur acaranya dimulai setelah sholat magrib sampai pukul 9 sudah harus selesai semua tenda diturunkan. Dan acara resepsi ini hanya menerima tamu aja, saling bersilaturahmi semacam acara walimatul ursy tapi sayangnya aku dipaksa buat berdiri di atas panggung gitu istilahnya dipajang di depan tamu2. Alhamdulillah mamaku mau nurutin syarat yang aku minta buat nggak usah pakai acara adat seperti layaknya orang lain yang menggunakan bunyi2an gamelan dan ritual2 yang tidak pernah aku mengerti maknanya, bahkan suamiku bilang itu semua adat hindhu dan kita nggak boleh ikut2an karena kalo kita ngikut artinya kita termasuk golongan mereka. Jadilah acara petnikahanku kala itu berlangsung cepat menurut orang-orang. Memang bingung sih menghadapi persiapan sebelum pernikahan bahkan bisa sampe pada level stress. Alhamdulillah sih acara bisa berjalan lancar dan semoga bisa memberikan keberkahan terus selama menjalani kehidupan ini. Oiya sekedar berbagi dalam pernikahanku kala itu suami alhamdulillah yah tak lupa terus mengucap syukur kepada Allah kalo suami sudah memiliki pengetahuan agama lebih dibandingkan saya jadi suami menyarankan agar kita tidak memakai cincin kawin. Memang bagi sebagian orang terdengar aneh, bahkan mamaku pun begitu, kesannya kok pernikahan itu main-main kalo nggak da cincin kawinnya;itu pernikahan versi mamaku. Akan tetapi kita tetap istiqomah untuk nggak menggunakan cincin kawin karena itu merupakan kebiasaan orang nasrani. Kala itu suami memutuskan untuk memberikan set perhiasan mas dan uang serta alat sholat plus qur'annya sebagai mahar. Yang penting kan syarat sahnya pernikahan kan bukan masalah cincin kawin atau acara pernikahannya seperti apa. Sharing ini mungkin bisa jadi pembelajaran bagi teman-teman yang akan menikah, kendala dan konflik pasti ada dalam setiap perjalanan manusia namun kita hanya butuh ketetapan hati dan tekad saja kalau kita ingin memegang teguh prinsip agama. Meskipun di luar sana banyak orang yang tidak suka atau merasa aneh apabila kita tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada. Celotehan, cacian dan kritikan yang mungkin sebagian besar kita rasa menyakitkan itu tidaklah mengapa sebab kita tidak mencari kebaikan di mata manusia melainkan kepada Allah Ta'ala semata ;)

You Might Also Like

0 komentar